Mataku tidak mau lari sedikitpun dari pesonanya. Wajahnya, matanya dan senyumannya. Semuanya sempurna. Bidadari itu turun dari langit untukku. Aku menertawakan diriku sendiri. Cinta itu bisa membuat orang menjadi gila.
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
(Sapardi Djoko Damono)
“Hey, lagi lihat apa??” anya Sarah mengibaskan tangan di hadapanku.
“A-aku lihat bidadari!!” jawabku asal.
“Hah!!” Matanya menyipit. Apa dia mencurigaiku.
“Apa? kenapa melihatku seperti itu??” Aku gugup dengan tatapannya itu. Ia mempertahankan tatapan menusuknya. Aku berusaha keras menahan ekpresi datar sedang hatiku bertempur dengan gelombang-gelombang aneh. “Berhentilah menatapku seperti itu!!” Aku menjitak jidatnya dengan buku tipis.
“Aduuh!!” Serunya. Ia mengusap-ngusap jidatnya. Mulutnya mengerucut lucu membuatku ingin mencubit pipinya. Aku kembali terpaku memandangnya. Dia benar-benar seorang bidadari.
“Pluk!!” Seseorang memukulku dari belakang.
“Aduh!!” Aku mengaduh dan mengusap kepalaku. Kudapati suara Anggi yang terbahak-bahak dengan buku setebal kamus di tangannya. Pantas saja sakit sekali. “Sini kau!!Aku akan membalasmu!!” Aku mengambil salah satu buku tebal Sarah dan mengejarnya yang sudah ngacir.
“Aku cuma membalas apa kau perbuat!!” Ujar Anggi berkilah.
“Balas sih balas. Tapi jangan dengan buku setebal itu juga!!” Anggi terus berlari menjauh. Ia berlari ke belakang Sarah dan menggunakan Sarah sebagai benteng pertahanan. Aku tidak bisa berbuat lebih jika berhadapan dengan Sarah. Tawanya membuat jantungku tambah bergetar dan mataku enggan beralih dari dirinya. Tawanya terhenti dan aku menangkap tatapan lain dari matanya.
“Sudahlah, kalian bukan anak kecil lagi!!” Sarah berseru agak keras meski ia tidak marah.
Ada senyum kemenangan di wajah Anggi. Ia menjulurkan lidah ke arahku. Aku jadi ingin menimpuknya tapi lagi-lagi ia berlindung di belakang Sarah. Oke, kali ini aku menyerah menghadapimu, Anggi. Runtukku dalam hati.
Aku kembali memandangi Sarah. Ia menghadiahi senyum yang teramat manis saat aku duduk untuk mengalah. Anggi akhirnya ikut duduk dengan kami karena tak mendapat respon dariku lagi.
“Menyebalkan!!” ujar Anggi lirih. Kami berdua hanya tersenyum mendengarnya. Setelah itu kami semua berkutat dengan buku bacaan. Sesekali aku melirik ke arah Sarah. Ia meraba-raba isi tasnya dan mengambil mp4 player.
“Kau ingin mendengarnya??!” tanyanya mengagetkan. Aku menggaruk belakang kepalaku. Rupanya ia sadar dengan tingkahku sedari tadi. Ia tersenyum dan memasangkan sebelah earphonenya ditelingaku. Entah ia mendengar atau tidak. Jantungku jelas berdegup sangat kencang dengan jarak sangat dekat seperti ini.
“Kalian membuatku iri!!” Celoteh Anggi. Kami bertukar pandang. Pipi Sarah terlihat memerah.
“Oh, kalau begitu, aku akan pindah posisi!!” Aku menutupi kegugupanku dengan memindah dudukku di antar mereka berdua. Aku mengusap-ngusap rambut Anggi yang baru dipotong pendek. Anggi ternyum senang. “Makanya jangan macam-macam denganku!!” Kuhadiahkan sebuah jitakan di keningnya sebagai bonus.
“Ah...sakit tahu!!” Ia mendorongku keras. Balasan tak terduga tidak kuantisipasi dengan cepat akibatnya keseimbanganku goyah. Menyenggol Sarah yang ada di sisi lainku. Ia pun tak bisa mengontrol keseimbangan. Kami akhirnya sama-sama jatuh dengan posisi yang membahayakan. Mata kami saling bertemu. Rasa kagumku bertambah melihat mata coklatnya. Untuk sekian kali jantungku bekerja keras dengan debarannya.
“Kamu tidak apa, kan?” tanyaku sambil membantu duduk. Sarah hanya menjawab dengan gelengan.
“Maafkan aku!!” Anggi menghampiri kami dan membantu Sarah untuk berdiri.
“Bagus, kau harus menyadari kesalahanmu itu!!” Dengan kesal aku mendorong jidat Anggi.
“Aish....!!Kuperingatkan Sarah, hati-hati dengan pesona Ryan. Jangan terjebak!!” Berani-beraninya dia memfitnahku di depan Sarah, di depan orangnya lagi.
“Berarti kau mengakui pesonaku kan, Anggi!!” Aku menggunakan kata-katanya sebagi senjata. Ia mendecak kesal. Karena Kalah tentu saja.
“Apa kata loe deh!!” Ia akhirnya kalah. Dan kembali duduk meninggalkan kami berdua. Sarah hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala kecil.
“Kalian lucu!!” Kometarnya pelan tapi membuat wajahku memanas. Rasa panas itu menjalar dan memberi efek menyenangkan di hatiku. Inikah rasa cinta yang sering dilukiskan para penyair dalam sajaknya. Semakin aku ingin mendefinisikan semakin aku kehilangan kata-kata.
***
Senyumnya begitu indah
Seindah cintaku padanya
Sepulang kuliah aku sudah menyebar status hatiku di jejaring sosial. Padahal aku sering mengomentari orang-orang yang membuat status tentang kehidupanya. Yang mestinya tidak usah dibagikan. Tapi ternyata sekarang aku keranjingan menulis kehidupanku di facebook. Aku seperti menjilat ludah sendiri.
“Mas!!” teriak seseorang dari depan pintu. Aku malas untuk menyahut kerena mengingat keisengannya tadi siang. Aku ebih fukos dengan komentar-komentar di statusku.
Sarah
Hem....
MeandYou
Ehem juga!! J
RyanThePrince
@Sarah & @MeandYou :haha...
MeandYou
Senyumku ya, Ryan!? Wkwk...
RyanThePrince
Senyum kepalamu peyang!!
MeandYou
Kepalaku ngga peyang, Yan!!Awas loe ye!!
Aku tertawa keras membaca balasan dari Anggi. Dasar cewek aneh, kenapa aku bisa berteman dengannya. Tapi aku bersyukur bisa mengenalnya, karena dengan mengenalnyalah aku bisa dekat dengan Sarah. Temannya sejak TK.
“Kenapa, mas?! Senyum-senyum sendiri?!” tanya adikku, entah sejak kapan dia di sampingku.
“Aish, sana keluar!!Terserahku, mau senyum-senyum sendiri. Emang apa urusannya denganmu!!”
“Eh, kayak orang ngak waras dong!!”
“Sana!!” Aku mendorongnya menuju pintu.
“Oo, mas jatuh cinta ya!!” ucapannya tertancap tepat di hatiku. Ngepas rasanya.
“Hah!!Anak kecil mana tahu tentang cinta!!” ucapku sambil terus mengusirnya keluar.
“Aku bukan anak kecil lagi, Mas!!” ia menepis tanganku denan kesal. “Oh, aku cuma mau memberitahu kalau kita akan berlibur ke nenek!!”
“Kapan??”
“Besok!!” Ujarnya sambil berlalu dan membanting pintu kamarku dengan keras.
“Hey, anak kecil! Harus supan di hadapan kakakmu!!” Aku meneriaki kepergiannya.
“Aku bukan anak kecil!!” balasnya dri luar. Aku tidak mendengakan lagi apa yang dikatakan adik permpuanku itu. Pikiranku melayang ke rumah nenek yang ada di pegunungan. Pemandangan di sana sanat romantis. Aku punya rencana cerdas. Ada banyak yang bisa kulakukan di sana. Tak sabar menanti hari esok.
***
“Kau, benar-benar mengajak kami?” Anggi menatap wajahku dengan mata besarnya. Sebenarnya senyumnya tak kalah manis dari senyum Sarah. Tapi di mataku senyum Sarahlah yang sangat menawan.
“Apa keluargamu mengizinkan?” tanya Sarah khawatir.
“Tentu saja! Seandainya tidak di izinkan, mana mungkin aku mengajak kalian!!” jawabku menenangkan mereka. Ya ku akui, izin ini aku dapat dengan lobi yang intens sebelum di setujui.
“Baiklah kalau begitu. Ini karena kau yang memaksa, ya!!Jadi jika terjadi macam-macam di sana. Kau yang harus bertanggung jawab.
“Ya!!” Aku menjawabnya ketus. Aku menatap Anggi dengan topi koploknya. Ia sama sekali tidak perduli dengan tatapan menakutkanku. Dasar tak sensitif.
“Jadi, kapan kita berangkat?” tanya Sarah memecah kekesalanku.
“Siang ini!!Kalian datang aja ke rumahku!!” Aku bergegas pulang mendahului mereka.
0 komentar :
Post a Comment
Untuk kemajuan blog ini, silahkan keluarkan kritik dan komentar anda! Thanks :)