Meski kita tidak bersama di sini
Semoga di keabadian kita bisa bersatu
Romantis “mode: on”
Aku mengklik bagi di situs jejaring sosial facebook. Sambil menunggu komen dari para fansku yang bejibun, aku mengalihkan perhatian sementara ke majalah yang baru dibeli tadi pagi.
Rubrik tekno jadi tujuan pertamaku, ada berbagai kamera keluaran baru. Aku menelisik tiap kecangihan fitur kamera satu persatu. Aku melirik sebentar ke layar laptop, memastikan sudah ada yang komen. Dua pemberitahuan. Aku memencet tombol kiri.
Fifian
Amiiiin
Shafiya
Memangnya di surga ada kontak jodoh, hee J
RyanThePrince
@Fifian: makasih
@Shafiya: yup, dengar kabar burung malaikat sebelah, haha
Aku kembali asyik dengan majalahku, kali ini aku sudah beralih ke rublik cerpen dan puisi. Agak jenuh juga dengan tema puisi dan cerpen yang itu-itu saja, dengan irama baca yang semberawut aku mencoba memasuki wilayah gambaran cerpen.
Aku melirik ke layar
Sarah
Okelah, aku selalu mendo’akan yg terbaik untuk loe
MeandYou
Aduh, beruntungnya wanita itu...... :p
RyanThePrince
@Sarah :Bagus...bagus....
@MeandYou : Ngga juga, he
MeandYou
Masa sih??!
RyanThePrince
@MeandYou : Iya dong...sana-sana jangan rusak keindahan statusku!!Hush...hush.....
MeandYou
Haaahaaa, akan selamanya statusmu tidak akan tenang, selama the angel masih mengorbit...waspadalah!
RyanThePrince
Harus memperkuat amalan nih,
MeandYou
Tidak mempan, we...we...
Sarah
Kalian ini memang cocok, kayaknya jodoh
RyanThePrince
DIIAAMM.....
MeandYou
Diaaam
Sarah
Tuh kan bener
Dasar Sarah dan Anggi mereka berdua memang baing keladi rusaknya kesakralan statusku. Mereka teman tapi bukan dalam kebersamaan tapi hanya dalam pertengkaran meski itu cuma di dunia maya, setiap hari ada saja yang diributkan di status dan ujung-ujungnya statusku berujung jauh dari perkiraan.
Aku terus memperhatikan komen-komenan Sarah dan Anggi di bawah komenku. Sebenarnya mereka yang aku rasa jodoh, jodoh usilnya. Melihat mereka saling tuding, aku jadi bosan juga. Tak ada pilihan kedua, aku langsung logout dari halaman facebook.
Majalahku yang tergeletak di sambing keyboard terlihat lemas tak berdaya, dan sudah lecek terlipat dua. Semangat bacaku low bat dan mentok di level bawah. Aku renggangkan ruas tulangku, rasa penat serasa menempel di punggung. Jarum jam tepat di angka satu, masih ada sekitar dua setengah jam lagi sebelum kuliah. Istirahat sebentar dulu aku membatin.
***
“Mas...mas..., bangun, woiiii kuliah!!” suara ini selalu saja memecah mimpiku yang nanggung.
“Eeem, bentar lagi, nanggung.” aku belum membuka mata.
“WOOIIIII...SUDAH HAMPIR JAM EMPAT, LOE TELAT TAUUUU!!!” suaranya menggelegar, kali ini aku meloncat dari tempat tidur. Ambil buku dan langsung tancap gas.
“HAHAHAHA, loe ketipu!?” Siska melongak dari jendela kamar. Aku menginjak pedal rem mendadak.
“Awas loe ya!” aku mengacungkan genggaman tangan.
“Heh, takuuuuut!!!” ejekannya itu akan kujadikan boomerang baginya, sambil menutup jendela ia masih sempat memeletkan lidahnya.
“Dasar!!!” aku memandang jam tanganku, sekitar satu jam lagi kuliah di mulai. Ada baiknya memanfaatkan waktu satu jam ini untuk hal yang bermanfaat. Aku tetap melaju menuju kampus. Mau bagaimana lagi sudah terlanjur. Kutatap wajah tampanku di spion. Aku tersenyum. Meski belum sempat mencuci muka, tapi pesonaku tak berkurang sepersenpun. Aku turun dari motor dan saatnya tebar pesona.
“Ryan!!” semua wanita memanggil namaku saat aku melewati mereka. Hanya senyuman yang bisa aku berikan. Tidak lebih. Di kampus aku terkena dengan cowok karismatik yang jadi idaman. Berpenampilan ala boy band korea dan aku mendapat julukan mintz prince oleh cewek-cewek yang mengidolakanku.
“Hay, Ryan. Kok tumben sudah datang jam segini!!” sapa Sarah di lorong kampus. Ditangannya ada lima buku setebal ratusan halaman. Aku mengambil tiga buku diantaranya. Berat juga pikirku. “Makasih!” Ucapnya lagi.
“Di mana, Anggi?!” tanyaku sambil celengak celenguk ke sisi badannya.
“Nah, tuh kan, benar dugaanku!!” ia menggodaku lagi seperti di facebook.
“Ya, sudah. Lupakan kalau aku tadi bertanya, ya!” aku sengaja berwajah kesal dan berjalan mendahuluinya.
“Loh, ngambek?! Maafin aku ya!!” ia menjajari langkahku. Merubah wajahnya semanis mungkin agar aku memaafkannya. Aku tak kuat untuk kesal lebih lama.
“Okelah!!” mengacak poninya dengan sebelah tangan.
“Makasih!!” ucapnya dengan senyum yang membuat wajahnya makin manis. Itulah yang selalu aku rindu dari dirinya. Tetaplah seperti itu padaku.
Bersambung.........
Mohon kritik dan saran dong semuanya!!!
0 komentar :
Post a Comment
Untuk kemajuan blog ini, silahkan keluarkan kritik dan komentar anda! Thanks :)