Saat Mesir sedang mengalami kemunduran, pegulatan pemikiran semakin meruncing dan perpecahan internal antar umat muslim.
Lahirlah seorang bayi laki-laki pada tanggal 14 Oktober 1906 di sebuah desa yang jauh dari kota besar, desa Mahmudiyyah. Desa pertanian yang dilewati aliran sungai nil cabang dari Arrasyid. Dan kelak dikenal dengan panggilan Hasan Al-Banna.
Bercermin dari hadits Rasulullah SAW," Tak ada pemberian seorang ayah pada anaknya yang lebih baik daripada memberikan pelajaran sopan santun." maka sang ayah, Syaikh Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna bertekad apabila dikaruniai seorang putra, beliau akan memberikan sebaik-baiknya pendidikan serta mengajarkannya sopan santun, sehingga menjadi anak shalih, pewaris kebaikan. Hasan Al-Banna benar-benar dilahirkan dari niat yang suci, hati yang tulus serta nasab yang baik.
Pernah suatu ketika seorang wartawan asing mewawancarai beliau, ia bertanya," Ya ustad, engkau seorang ulama yang berilmu tinggi, kenapa tidak mengarang buku seperti kebanyakan para ulama?" Beliau menjawab dengan ungkapan yang sangat indah," Kalau mereka sibuk mencetak buku, maka saya sibuk mencetak manusia."
Tanggal 12 Februari 1949, pukul 21.12 waktu kairo, beliau menemui sebuah musibah, beliau tertembak bersama seorang pengacara. Beliau mengalami enam luka tembak dan dilarikan ke rumah sakit Qasrul 'Ein. Karena konspirasi licik musuh, beliau syahid kehabisan darah.
Itulah Hasan Al-Banna, seorang lelaki istimewa. Bahkan musuh-musuhnya pun masih takut dan mengkhawatirkan jasadnya yang sudah tak bernyawa itu. Sampai-sampai makamnya dijaga ketat selama berminggu-minggu
(buku "Laskar Syuhada")
0 komentar :
Post a Comment
Untuk kemajuan blog ini, silahkan keluarkan kritik dan komentar anda! Thanks :)